Minggu, 14 Oktober 2018

Tak Ada yang Mustahil untuk Lakukan #AksiSehatCeria


Oleh: Susana Febryanty


Setiap orang pastinya ingin memiliki kualitas kesehatan yang prima. Namun pada praktiknya, pola hidup sehat tak mudah untuk dilakukan oleh banyak orang di kesehariannya. Apa saja yang menjadi penyebabnya? Lalu, bagaimana cara yang mudah agar kita dapat menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari?

Menjelang akhir tahun biasanya kebanyakan orang beramai-ramai membuat daftar rencana dan resolusi untuk kehidupan di tahun yang akan datang. Pola hidup sehat adalah salah rencana yang manjadi bagian resolusi tersebut. Ada yang berencana untuk berolah raga secara rutin, ada pula yang yang berniat untuk melakukan diet demi menurunkan berat badannya. Namun resolusi tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana?

Sayangnya resolusi pola hidup sehat tersebut pada akhirnya menjadi sekedar wacana yang kemudian menjadi basi seiring dengan waktu yang berganti. Apakah hal ini yang juga Anda alami saat ini? Saya sendiri mengakui pesoalan yang sama juga saya alami. Namun semua itu mulai berubah sekitar setahun belakangan ini. Apa yang membuat saya mengubah gaya hidup saya untuk menjadi lebih sehat?

Proses pengambilan darah (koleksi pribadi)


Momentum Awal 

Semua berawal dari sebuah acara donor darah yang diadakan oleh sebuah gereja di Yogyakarta pada akhir tahun 2017 yang lalu. Sebenarnya saya niat untuk mendonorkan darah telah lama saya simpan. Namun niat tersebut tak kunjung untuk saya lakukan dikarenakan ketakutan saya akan jarum suntik. Namun entah mengapa, beberapa minggu sebelum penyelenggaraan acara tersebut tekad untuk mendonorkan darah pun semakin bulat. Hingga pada hari H saya pun memberanikan diri untuk memasuki tempat penyelenggaraan donor darah. 

Setelah melakukan berbagai pemeriksaan dan dinyatakan lolos untuk melakukan pengambilan darah, tiba-tiba saya mulai ragu untuk melakukannya karena rasa takut pada jarum. Untungnya ada seorang teman saya di sana, posisi tempat tidur kami yang bersebelahan memungkinkan saya menggenggam tangannya untuk mengurangi rasa takut. Dan, akhirnya proses pengambilan darah untuk pertama kali bisa saya lewati dengan lancar meski sebelumnya saya belum sempat sarapan.

Melakukan donor darah berdampak cukup positif terhadap kondisi tubuh saya. Ternyata memang ada banyak manfaat donor darah terhadap kesehatan organ-oran tubuh kita seperti jantung dan hati.  Badan terasa lebih ringan setelah melakukan donor darah. Namun sayangnya, kondisi tubuh prima yang saya rasakan itu membuat saya menjadi lalai untuk menjaga pola hidup. Saya melakukan olah raga sekenanya dan pola makan cukup berantakan untuk dikatakan sehat.

Hingga pada pertengan tahun 2018 saya kembali melakukan donor darah. Dengan percaya dirinya saya melewati setiap prosesnya. Setelah menyelesaikan pengambilan darah, saya pun keluar dari ruangan. Secara tiba-tiba badan saya  melemah, pandangan pun terasa berkunang-kunang seperti akan pingsan. Untunglah beberapa orang yang ada di sana segera memberikan bantuan sehingga kondisi tidak semakin fatal. 

Insiden tersebut kemudian memaksa saya untuk mulai mengevaluasi gaya hidup yang saya jalani selama ini. Saya ingat betul bahwa pada malam sebelum donor darah tersebut waktu tidur saya sangatlah kurang. Perlahan-lahan saya mulai mencoba untuk membenahi pola hidup saya yang merugikan kesehatan. 

Perjalanan di Gunung Bromo (koleksi pribadi)


Melampaui Batasan

Berniat  untuk berubah itu mudah dilakukan, namun tidak dengan demikian dengan melakukan perubahan itu sendiri. Hal itu pula yang saya rasakan ketika mencoba untuk mengubah pola hidup untuk menjadi lebih sehat. Butuh tekad yang besar untuk bisa melakukan perubahan gaya hidup. Bahkan tak jarang saya tergoda untuk kembali pada pola hidup yang lama. Hingga kini saya pun masih belajar untuk mengatur diri.

Proses perubahan pola hidup ini saya lakukan setahap demi setahap, dan beberapa proses perbaikan gaya hidup itu saya lakukan sebagai berikut:
  • Perbaikan Pola Makan 
Anda pastinya pernah mendengar istilah yang mengatakan, "You are what you eat." Pepatah itu menggambarkan bagaimana kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsinya. Dari sana saya mulai mengevaluasi jenis makanan dan pola makan telah saya selama ini. 
Saya pun menyadari betapa berantakannya pola makan saya selama ini. Sering sekali saya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak seperti gorengan. Tak hanya itu pola makan saya tak teratur, bahkan beberapa kali saya melewatkan waktu-waktu untuk makan atau terlambat makan. Akibat dari pola makan yang berantakan tersebut kondisi lambung saya menjadi bermasalah. Alhasil saya jadi sulit untuk berkonsentrasi dalam beraktivitas. 

Secara perlahan-lahan saya mengubah pola makan, dimulai dari jenis makanan yang saya konsunsumsi. Saya mulai megurangi makanan yang berlemak tinggi dan mulai memperbanyak makanan yang berserat tinggi seperti buah-buahan serta mencukupi konsumsi air putih. Selain itu, saya berusaha untuk makan tepat waktu. Ketika perut mulai terasa lapar, sebisa mungkin saya akan segera makan. 
Perbaikan pola makan ini nyatanya berdampak baik pada kesehatan pencernaan saya. Lambung saya yang sebelumnya kerap bermasalah, kini tak pernah kumat lagi. Baju-baju yang sebelumnya terasa kesempitan, sekarang terasa lebih pas di tubuh saya.

  • Melakukan Olah Raga
Sejujurnya saya bukan termasuk orang yang gemar berolah raga, apalagi jika olah raga tersebut termasuk aktivitas yang sangat menguras tenaga. Namun, saya menyadari bahwa tanpa olah raga, hidup sehat akan sulit dicapai. Saya mulai mencari referensi jenis-jenis olah raga yang sifatnya ringan namun baik untuk kesehatan tubuh.

Dari riset kecil-kecilan tersebut, saya mulai melakukan beberapa jenis olah raga seperti senam, dan yoga. Jika sebelumnya saya hanya melakukan olah raga sekenanya atau seuka hati saja, maka sekarang saya mulai membuat target untuk melakukan olah raga minimal 15 menit, 3x seminggu. Sesibuk apa pun, saya akan berusaha untuk menepati target yang telah saya tetapkan itu.

Ternyata olah raga berefek positif bagi diri saya, karena membuat napas saya terasa lebih panjang dan lepas. Tidur terasa lebih pulas dan nyenyak setelah melakukan olah raga. Sehingga saya jauh lebih tenang dan tidak mudah stres dalam melakukan aktivitas keseharian .
  • Istirahat dan Tidur
Tubuh kita ini punya batasan untuk bekerja dan beraktivitas, dan bila dipaksakan  tentu bermasalah juga nantinyanya. Menyadari hal itu, saya pun belajar untuk mengatur waktu saya secara lebih baik. Saya mulai mengurangi kegiatan-kegiatan yang tak terlalu penting, dan memilih untuk beristirahat memulihkan tenaga yang telah terkuras oleh aktivitas pekerjaan.Sebisa mungkin waktu istirahat dan  tidur tercukupi minimal 6 jam sehari. Dengan kecukupan waktu istirahat, tubuh saya akan terasa lebih segar dan siap untuk melakukan berbagai aktivitas,

  • Pemulihan Psikologis

Setiap orang pastiya memiliki luka batin dan kepahitan yang disimpannya. Seringkali luka batin itu juga berpengaruh pada kesehatan tubuh seseorang. Hal itu juga yang saya alami selama ini. Luka batin dan kepahitan yang saya pendam nyatanya berefek pada kesehatan saya, terutama pada lambung saya. Berbagai perbaikan dan perubahan gaya hidup yang dilakukan tersebut rasanya akan gagal jika keadaan psikologis saya belum dibereskan.

Saya pun memutuskan untuk menjani sesi konseling dan meditasi untuk mengeluarkan sampah-sampah batin yang telah saya simpan sendiri. Saya belajar untuk berdamai dengan diri saya sendiri. Dengan demikian saya bisa mencintai diri saya dengan apa adanya. 

Beribadah dan mendekatkan diri pada Tuhan juga menjadi salah satu terapi yang baik untuk memulihkan jiwa yang terluka. Karena tak ada satu hal pun di dunia ini yang ada dibawah kendali kita, termasuk napas yang kita hidup saat ini. Memperbaiki kondisi psikologis dan kejiwaan nyatanya membuat hidup saya terasa lebih bermakna. Saya pun semakin bersemangat untuk melakukan pola hidup sehat agar saya bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat lagi bagi sesama.

Setelah memperbaiki pola hidup,  tepatnya pada bulan September 2018 saya pun memberanikan diri untuk kembali mendonorkan darah. Sejujurnya saya sempat khawati akan pingsan. Ternyata saya mendapatkan kenyataan yang berbeda, tubuh tidak lagi limbung setelah melakukan donor darah. Bahkan berbagai aktivitas  yang sebelumya tak terbayangkan untuk bisa dilakukan ternyata dapat saya lakukan. Salah satunya ialah aktivitas mendaki gunung.

Mengubah gaya hidup atau melakukan #aksisehatceria sebenarnya bukan persoalan bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak maunya Anda. Tidak ada yang mustahil untuk dilakukan termasuk mengubah pola hidup untuk menjadi lebih sehat. Karena hanya dengan tubuh yang sehat segala kemustahilan dapat kita lampaui. Jadi, tunggu apa lagi...? Yuk, kita lakukan pola hidup sehat...!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar