Rabu, 30 Desember 2015

Membangun Kemanusian di Indonesia Melalui PMI



Oleh: Susana Febryanty

            Semakin lama kepedulian sosial seolah menjadi barang langka di masyarakat kita. Penyelenggaraan bulan dana PMI adalah momen yang tepat bagi kita untuk mengingat kembali akan keberadaan sesama yang membutuhkan. Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk membantu sesama?

            Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tak dapat terpisahkan dari keberadaan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain sebagai penunjang dan pendukung dirinya untuk melakukan berbagai aktivitas. Itu sebabnya manusia berusaha untuk menjalin hubungan komunikasi dan kerjasama  yang baik dengan pihak-pihak lain.
            Namun perubahan zaman secara perlah-lahan merubah cara pandang manusia. Perkembangan teknologi yang begitu pesat seolah-olah membawa perubahan gaya hidup. Kecanggihan tekhnologi seakan memanjakan manusia dengan kemudahan. Menciptakan manusia-manusia baru yang lebih individualistis dan egois. Tak peduli lagi dengan keberadaan orang lain.

Lupa Diri

            Beberapa waktu yang lalu negeri ini sempat dihebohkan dengan berita tentang komentar negatif seorang pelajar di media sosial karena enggan memberikan kursinya pada seorang ibu hamil. Sebuah foto  yang  heboh di masyarakat datang dari Medan menggambarkan beberapa orang yang tengah asyik ber-selfie di antara puing-puing pesawat hercules yang baru saja jatuh di sana. Kedua peristiwa tersebut seolah menggambarkan ketidak pedulian masyarakat kita dengan keadaan sesamanya.
            Bagi Anda yang menggunakan kendaraan umum pastinya kerap menemui keadaan semacam ini bukan? Saling berebut tempat duduk seakan menjadi hal yang wajar.  Tak sedikit orang yang pura-pura tidur atau pura-pura tak melihat keberadaan lansia dan ibu hamil yang berdiri di sekitar mereka. Bahkan menolong orang yang kesulitan atau darurat di jalan raya  menjadi hal yang tabu di masyarakat kita. Seolah ketidak pedulian menjadi sebuah kewajaran dari kemajuan sebuah kota/bangsa. Maka, bukan sebuah hal yang aneh jika seseorang bisa saja kehilangan nyawanya kerena tak mendapatkan pertolongan dari orang lain.
            Seharusnya hal ini tidak terjadi di masyarakat kita. Anda tentunya masih ingat dengan pelajaran tentang prinsip gotong royong yang dahulu kerap di dengung-dengungkan oleh para guru kita bukan? Sungguh sangat disayangkan jika prinsip kebersamaan dalam bermasyarakat tesebut  secara perlahan menghilang dari kehidupan bangsa ini. Masyarakat kita seolah terlena dengan perkembangan zaman dan masuknya budaya luar. Kita seolah lupa dengan keaslian diri dan mulai bertingkah seperti bangsa barat. Mementingkan diri sendiri dan tak peduli dengan keadaan orang lain.

PMI
Gambar: http://pmikotabandung.org/files/agenda/20150709_122221_harianterbit_Logo_PMI.jpg

            Beruntunglah kita karena bangsa ini memiliki PMI. Mengapa demikian? Keberadaan PMI dimaksudkan untuk pengelolaan ketersediaan pasokan darah bagi yang membutuhkan, membantu korban bencana alam, serta membantu saat terjadi peperangan/konflik. Sehingga PMI menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan ketika keadaan darurat.
            Bayangkan jika bangsa ini tak memiliki PMI, akan kemanakah kita mencari bantuan jika ada seseorang sahabat atau kerabat yang membutuhkan transfusi darah? Selain itu, bangsa ini berada di gugusan cincin api (ring of fire) yang memungkinkan terjadinya bencana alam. Tak dapat dipungkiri bahwa PMI adalah organisasi kemanusiaan terkemuka dalam penanganan korban bencana. Oleh sebab itu, rasanya tak salah jika keberadaan PMI perlu mendapatkan apresiasi yang baik dari segenap bangsa ini.
            Namun sayangnya muncul keraguan di benak masyarakat kita mengenai penggunaan dana organisasi PMI. Beberapa orang memerpertanyakan tentang penjualan tiket oleh sejumlah pengurus PMI di bandara dan stasiun. Mereka menganggap PMI adalah organisasi bentukan pemerintah, oleh sebab itu pastinya ia (PMI) mendapatkan suntikan dana dari pemerintah. Hal tersebut memang tak salah, namun dana dari pemerintah itu hanya dapat menutupi sebagian dari kebutuhan PMI.
            PMI sebagai badan pengelola darah membutuhkan dana yang cukup besar untuk operasionalnya. Ana Udaningrum (dalam http://health.liputan6.com/read/2047108/intip-proses-pengolahan-darah-di-pmi-jakarta) dari PMI Provinsi DKI Jakarta menjelaskan bahwa darah diambil dari pendonor yang telah melakukan pemeriksaan dan pengecekan golongannya sehingga mempermudah pemisahan berdasarkan masing-masing golongan darah. Selanjutnya petugas akan memasukkan darah pada laboratorium komponen darah untuk kemudian dipisahkan  menjadi trombosit, sel darah merah, plasma, frozen plasma, serta anti hemofili. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus komponen-kompenan darah tertentu. Darah yang telah dipisahkan berdasarkan komponennya itu kemudian diberi label yang telah dilengkapi dengan barcode khusus. Selanjutnya darah akan di simpan dengan standar yang ketat sehingga mengurangi kemungkinan untuk rusak sebelum digunakan.
            Panjangnya proses pengelolaan darah tersebut yang kemudian menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh PMI. Selain itu berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang proses donor hingga penyimpanan darah tentunya juga membutuhkan dana. Maka tak heran jika kemudian pasien harus membayar sejumlah dana saat mendatangkan kantong darah. Hal tersebut dimaksudkan sebagai penggantian biaya pengelolaan darah tersebut. Tak hanya itu, saat terjadi bencana maupun konflik PMI juga harus membiayai sejumlah para medis yang akan diterjunkan untuk menolong masyarakat.
            Sudah sepantasnya kita sebagai anggota masyarakat merasa memiliki PMI dan mendukung mereka. Bagi yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang medis bisa bergabung menjadi  relawan. PMI juga memiliki wadah yaitu Palang Merah Remaja bagi kaum muda yang ingin membantu kegiatan PMI. Kita dapat pula memberikan dukungan pada PMI  dengan cara mengikuti acara donor darah yang diadakan di daerah masing-masing. Anda sibuk dan tak punya kesempatan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan PMI? Tak perlu khawatir, Anda masih bisa berpartisipasi dalam Bulan Dana PMI dengan memberikan sejumlah dana melalui:
  • Bank BCA Kantor Cabang Utama Thamrin Nomo Rekening : 206-38-1794-5 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank MANDIRI Kantor Cabang Kramat Raya Nomor Rekening : 123-00-17091945 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank DKI Kantor Cabang Utama Juanda Nomor Rekening : 101-03-17094-7 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mendukung mereka. Jadi, Ayo peduli bantu sesama melalui PMI! Untuk informasi lebih lanjut klik http://pmidkijakarta.or.id/.