Oleh: Susana
Febryanty
Kulon
Progo, kapupaten yang berada di sebelah
barat DIY adalah daerah yang kaya akan potensi untuk dikembangkan. Namun
sayangnya segala potensi tersebut belum dapat dinikmati oleh segenap masyarakatnya.
Oleh sebab itu, Kulon Progo menantikan
kehadiran pemimpin yang ideal. Seperti apakah sosoknya?
Tak
banyak orang yang mengenal kabupaten Kulon Progo. Padahal, bagi Anda yang kerap
melakukan perjalanan darat di Pulau Jawa dan melewati jalur selatan pasti akan
melewati daerah ini. Selama ini Kulon Progo hanya dianggap sebagai daerah
perlintasan bagi masyarakat dari Jakarta atau Bandung yang ingin menuju ke arah
Solo atau Jawa Timur.
Bagi
saya sendiri, daerah Kulon Progo memiliki kesan tersendiri. Beberapa tahun yang
lalu saya sempat singgah bahkan tinggal selama beberapa bulan di tempat itu.
Pada saat itu, demi melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya dan beberapa
orang teman harus tinggal dan berinteraksi langsung dengan masyarakat Kulon Progo.
Itu sebabnya, perkembangan daerah tersebut selalu menarik perhatian saya hingga
kini.
Potensial
Nama
Kulon Progo berarti sebelah barat Progo, berasal dari Bahasa Jawa yaitu Kulon
yang berarti barat, serta Progo yang merupakan nama sebuah nama sungai.
Berbatasan dengan langsung dengan berbagai kabupaten menjadikan daerah Kulon
Progo memiliki keunikan tersendiri. Sebelah timur Kulon Progo berbatasan dengan
kabupaten Sleman dan Bantul sebagai bagian dari DIY. Sementara di sebelah
barat Kulon Progo ada Kabupaten
Purworejo dan sebelah Utara terdapat
Kabupaten Magelang yang merupakan daerah
administratif dari Jawa Tengah. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya akulturasi budaya pada masyarakat yang saling berbatasan tersebut.
Pesona
keindahan Kulon Progo lakasana permata yang masih tertutup oleh bebatuan.
Kokohnya Perbukitan Menoreh yang melingkupi sebelah utara serta area Pesisir
Samudera Hindia yang membentang di selatan Kulon Progo seolah belum terjamah
oleh para turis baik manca negara maupun domestik. Padahal, jika
destinasi-destinasi tersebut dikelola dengan lebih baik bukan tak mungkin akan
membuka kesempatan bagi pelaku industri pendukung pariwisata yang dapat
bertumbuh berasama datangnya sejumlah pelancong ke daerah ini. Tempat-tempat
penginapan serta industri makanan khas daerah akan menambah pendapatan ekonomi
masyarakat.
Namun,
pada kenyataannya segala potensi yang dimiliki oleh Kulon Progo belum dikelola
secara optimal. Segala bentuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
ternyata belum dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat pada hasi survey yang
dilakukan oleh BPS DIY pada Maret 2016 menunjukkan garis kemiskinan di DIY mengalami kenaikan hingga mencapai 5,42 %.
Kondisi tersebut terjadi baik di pedesaan maupun di perkotaan. Sementara itu
pada survey yang dilakukan oleh BPS DIY terhadap jumlah penduduk miskin dan
garis miskin di Kabupaten/Kota DIY pada tahun 2014-2015 ditemukan Kulon Progo
menduduki tempat pertama dengan jumlah penduduk miskinya mencapai 20,64%.
Pemaparan
hasil survey yang dilakukan oleh BPS tersebut tentunya membuat kita terhenyak.
Di tengah berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah seolah
menjadi noda yang mempertanyakan kinerja mereka. Namun alangkah baiknya jika
semua pihak dapat menyikapi hasil servey tersebut secara lebih bijaksana.
Jangan sampai hasil survey tersebut hanya berhenti pada rangkaian angka semata. Hal tersebut
seharusnya dapat menjadi masukan bagi
setiap aparat untuk berupaya lebih keras untuk memajukan masyarakat.
Pemimpin
Idaman
Tentunya
setiap masyarakat menaruh harapan besar pada para pemimpin yang terpilih untuk
memimpin daerahnya. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pemilu maupun
pilkada tentunya didasari oleh keinginan mereka untuk melakukan perubahan nasib
diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, hendaknya segala
harapan segenap masyarakat tak menjadi sia-sia oleh kepentingan pribadi maupun
kelompok-kelompok tertentu.
Berkaca
pada hasil survey BPS tersebut, maka wajarlah kiranya masyarakat menginginkan
sosok pemimpin yang melindungi dan mengayomi kepentingan masyarakat. Kehadiran
seorang pemimpin yang mengayomi pastinya akan lebih mengutamakan kepentingan
masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok
tertentu. Dengan begitu bukan tak mungkin jika sang pemimpin suatu saat akan
berhasil mengentaskan kemiskinan di daerah Kulon Progo, bahkan bisa jadi ia
akan memajukan masyarakat di daerah tersebut.
Sang
pemimpin idaman Kulon Progo diharapkan memiliki kebijaksanaan sekaligus
ketegasan dalam memimpin. Ia seharusnya bisa membatasi ruang gerak pihak-pihak
asing yang hanya mengutamakan kepentingan bisnis semata. Namun, di lain pihak
pemimpin tersebut dapat merangkul pihak-pihak swasta untuk dapat bersama-sama
berkontribusi dalam memajukan perekonomian kerakyatan. Hanya dengan kerja sama
pemerintah, swasta dan segenap masyarakat maka penyematan julukan Kulon Progo
sebagai The Jewels of Java akan mewujud
nyata dalam waktu relatif singkat.
Tulisan ini dapat pula dibaca di http://www.siperubahan.com/read/2951/Kulon-Progo-Menanti-Pengayom-Masyarakat