Oleh:
Susana Febryanty
Jogja dan Gudeg, bagai dua mata uang
yang tak dapat terpisahkan. Kesan manis akan Jogja seolah tersaji indah dalam
sepiring gudeg yang dinikmati para wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Namun
ternyata ada berbagai misteri yang berkaitan dengan keberadaan gudeg. Misteri apakah itu?
Jogja memang istimewa. Kota ini
memiliki pesona yang mampu menarik para wisatawan dari belahan dunia mana pun
untuk datang menyambanginya. Tak hanya objek wisata yang menarik perhatian
pengunjung. Budaya dan tradisi Jawa yang masih sangat kental dalam kehidupan
masyarakatnya seakan menjadi daya tarik yang tak dapat dielakkan. Bahkan aneka
kuliner yang ada di Jogja mampu memberikan sensasi yang berbeda dengan yag di
kota-kota lain.
Salah satu kuliner yang sangat
diandalkan Jogja adalah gudeg. Gudeg merupakan salah satu hidangan yang terbuat
dari nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan kental dan berbagai jenis
rempah. Rasa gudeg yang manis sangat apik ketika dipadukan dengan lauk opor
ayam dan telur yang gurih, serta pedasnya kuah sambal tempe dan krecek (kulit
sapi). Kenikmatan hidangan tersebut yang menjadi ikon dari kota pelajar ini. Tak
heran jika kemudian gudeg menjadi magnet yang membuat orang selalu rindu untuk
kembali datang ke Jogja.
seporsi gudeg yang nikmat
Tetap
Eksis
Selain kenikmatan rasanya, ternyata
ada banyak hal yang menarik yang dapat kita lihat dari gudeg. Salah satunya
ialah tentang sejarah kemunculan gudeg. Ternyata ada misteri yang menyelimuti
kemunculan gudeg sebagai salah satu kuliner Yogyakarta. Misteri apakah
gerangan?
Misteri tersebut berkaitan dengan banyaknya
versi yang muncul tentang sejarah pembuatan gudeg. Salah satu versi menyebutkan
bahwa gudeg muncul di masa penjajahan
Inggris yaitu sekitar tahun 1812. Diceritakan tentang kisah seorang Inggris
yang menikahi perempuan Jogja.
Suatu ketika perempuan menyiapkan
hidangan spesial bagi sang suami dengan menggunakan nangka muda sebagai
bahannya. Saat sang suami pulang dari perkerjaannya, hidangan tersebut langsung
dilahapnya. Pria Inggris itu pun tak
lupa memuji sang istri dengan mengatakan, “It is good, Dek!” Sang pria kerap
pula melontarkan pujian setiap istrinya memasak hidangan yang sama dan berkata,
“Good, Dek.” Penyebutan “good dek”
tersebutlah yang kemudian dianggap menjadi awal munculnya gudeg tersebut.
Ada pula yang menyebutkan bahwa
gudeg dibuat secara tidak sengaja oleh seorang
prajurit keraton. Konon ceritanya, ada seorang prajurit yang sedang
diberi tugas untuk memasak gori (nangka muda) dan santan. Namun karena
melakukan tugas yang lain, masakan tersebut ia tinggal selama 6 hingga 8 jam.
Ternyata setelah dirasa masakan tersebut memiliki rasa yang lezat dan dikenal sebagai
gudeg.
Namun versi lain menyebutkan bahwa
yang menemukan resep gudeg adalah salah seorang istri prajurit keraton yang
bernama Sri Simatri. Menurut cerita ini Simantri adalah orang yang pertama kali
memasak gudeg dengan menggunakan bahan nangka muda (gori), santan, dan gula
pada tahun 1557. Pada masa itu hanya ada satu jenis gudeg yaitu gudeg basah.
Namun karena banyak pengunjung yang ingin membawa gudeg sebagai oleh-oleh, maka
sekitar tahun 1950 mulailah diperkenalkan gudeg kering.
Sementara itu ada lagi versi yang
berbeda tentang kisah awal kemunculan gudeg. Cerita ini datang dari pemilik
rumah makan gudeg “Campur Sari” yang berada di Jl. Laksda Adi Sucipto. Menurut
penuturan ibu tersebut, kisah pembuatan
gudeg berawal dari masa penjajahan Belanda.
Pada masa itu para prajurit
Indonesia sedang melakukan gerilya. Suatu ketika para prajurit tersebut
sinnggah ke sebuah perkampuangan di daerah Bantul. Oleh pemimpin tersebut, para penduduk diminta
untuk menyiapkan makanan bagi prajurit. Hanya ada nangka muda kelapa dan
beberapa rempah di sana. Segenap penduduk pun memasak hidangan seadanya. Dalam proses memasak, gori tersebut mereka udek-udek
(aduk-aduk). Setelah masak ternyata hidangan tersebut rasanya sangat lezat dan
para prajurit menyantapnya dengan lahap. Menurut cerita ini disimpulkan nama
gudeg berasal dari istilah gori diudek-udek.
Hingga saat ini belum ada catatan
yang dapat memastikan sejarah pembuatan gudeg. Namun yang menarik ialah gudeg
telah menjadi bagian dari sejarah Jogja secarah khusus dan Indonesia pada
umumnya. Beberapa versi tentang sejarah gudeg tersebut menunjukkan kekuatan
pangan dalam membangun sejarah negeri kita. Berbagai versi cerita itu juga secara
tidak langsung menunjukkan bahwa gudeg
turut andil dalam sejarah berdirinya negeri ini. Gudeg turut menopang kebutuhan
pangan masyarakat di jaman kerajaan,
jaman penjajahan, hingga masa kemerdekaan sekarang ini.
Bagi masyarakat Jogja, gudeg tak
hanya sekeda hidangan untuk menghilangkan rasa lapar semata. Namun lebih dari
itu, gudeg sudah menjadi bagian dari budaya Jogja. Hingga kini gudeg masih
menjadi hidangan favorit masyarakat Jogja. Tak sedikit pula orang yang menjadi
ketagihan setelah mencicipi nikmatnya Jogja. Bahkan menurut pemilik warung
gudeg Campur Sari kebanyakan penjual gudeg mendapatkan resep rahasia mereka
dari para pedahulunya. Misalnya ibu pemilik warung tersebut. Dia adalah generasi ketiga setelah Nenek dan Ibunya.
Menurutnya kebanyakan dari mereka (pemilik usaha gudeg) menurunkan ilmu memasak
gudeg kepada anak cucunya. Hal ini dimaksudkan agar tradisi memasak dan
berdagang gudeg itu tak hilang dan terus lestari.
Anda yang pernah berkunjung ke kota
Jogja pastinya dengan mudah akan menemui para pedagang yang menjual hidangan
yang satu ini. Hampir di setiap sudut kota Jogja ada penjual gudeg. Dari
pedangan kaki lima hingga restoran menawarkan berbagai variasi gudeg. Tak
peduli pagi, siang, maupun malam gudeg selalu menjadi hidangan yang laris manis
dikunjungi pembeli. Tak hanya itu, salah satu rumah makan bahkan membuat
inovasi dengan menciptakan gudeg kaleng yang praktis bagi yang bepergian jauh.
Gudeg secara tidak langsung turut andil dalam pergerakan roda perekonomian
masyarakat. Sebuah hidangan yang sederhana ternyata turut menopang kehidupan
banyak orang.
Sentra Gudeg di daerah Wijilan, Yogyakarta
Kandungan
Gizi
Dibalik kenikmatan gudeg muncul pula
pertanyaan seputar kandungan gizi dalam hidangan tersebut. Beberapa orang
enggan menyantap gudeg karena mereka meragukan kandungan gizinya. Lalu,
bagaimana cara kita menyitapi kotroversi seputar kandungan gizi gudeg tersebut?
Pada dasarnya, nangka yang menjadi
bahan baku gudeg adalah salah satu jenis
buah yang memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh. Itu karena nangka
kaya akan vitamin dan mineral. Di dalam sebuah nangka juga terkandung vitamin A,
B dan C yang merupakan anti oksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan
nangka yang kerap digunakan sebagai sayur juga mengandung protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, zat besi.
Yang menjadi masalah kemudian ialah
penambahan santan dan pemanasan secara berulang kali pada sayur nangka
tersebut. Pemanasan secar berulang kali menyebabkan kandungan gizi pada gudeg
akan mengalami perubahan bahkan berkurang, Selain itu, penambahan santan pada
gudeg akan menimbulkan kandungan lemak pada sayuran tersebut. Apalagi jika
gudeg tersebut dipanaskan secara berulang kali maka lemak pada santan tersebut
akan berubah menjadi jenis lemak yang kurang menguntungkan bagi tubuh.
Bagi yang masih penasaran dengan
kandungan gizi gudeg, ada baiknya Anda menyimak
hasil penelitian mengenai kandungan gizi gudeg yang pernah dipublikasikan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berikut ini. Gudeg Jogja mengandung
energi sebesar 160 kilokalori, protein 3,3 gram, karbohidrat 16 gram, lemak 9,2
gram, kalsium 62 miligram, fosfor 55 miligram, dan zat besi 12,8
miligram. Selain itu di dalam Gudeg Jogja juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,15 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gudeg Jogja,
dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 % (dalam
Proses pemasakan yang lama dan
berulang-ulang pastinya akan menyebabkan gudeg menjadi minim vitamin. Selain
itu penambahan gula dan santan turut mempengaruhi kandungan lemak dan kalori
yang terkandung di dalam gudeg. Hal tersebut tak lantas menjadi alasan bagi
kita untuk tak memakan gudeg karena dalam sayuran tersebut mengandung cukup
banyak serat. Kita masih bisa menikmati gudeg yaitu dengan cara membatasi porsi
dan intensitans konsumsinya. Selain itu penambahan telur maupun ayam akan
mecukupi kebutuhan protein kita. Kita juga dapat menambahkan buah-buahan
setelah menikmati lezatnya gudeg tersebut. Jadi tetaplah sehat dan selamat melakukan petualangan gizi…!
Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak mengenai kuliner-kuliner nusantara yang mendunia, coba tengok ke link berikut http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-3-Makanan-Daerah-Yang-Mendunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar