Rabu, 16 Januari 2019

Nutrisi Jiwa dalam Sepiring Lotek


Tak semua jenis makanan baik bagi kesehatan tubuh kita. Begitu pun dengan kehidupan, kita bisa saja bertemu dengan berbagai jenis dan rupa manusia, namun tak semua orang kemudian tetap tinggal dan memberi arti bagi hidup kita. Nyatanya, seorang penjual lotek memberikan sebuah pelajaran penting bagiku.
                           
            You are what you eat. Pepatah ini menggambarkan bahwa jenis makanan yang dipilih dapat menggambarkan kepribadian dan karakter seseorang. Apakah itu sepenuhnya benar adanya? Entahlah…! Tapi setidaknya, jika kita mengkonsumsi makanan yang sehat dan higienis, maka kesehatan tubuh kita akan lebih terjaga. Dan bila tubuh kita sehat, maka bisa dipastikan aktivitas kita pun dapat dilakukan dengan lebih bahagia bukan…?
            Saat berbicara mengenai makanan khas nusantara, yang terbayang pastinya kelezatannya. Bagi yang pandai memasak pasti akan lebih suka untuk meracik sendiri berbagai bumbu dan bahan pangan. Namun bagi yang tak terlalu pandai memasak yah, harus pasrah untuk membeli atau memesan makanan. Tapi siapa sangka proses memesan atau membeli makan adanya memberikan pengalaman yang berkesan bagi beberapa orang seperti saya. Seperti apakah itu…?



Lotek Jogja

            Lotek, sebuah makanan khas nusantara yang terbuat dari racikan bumbu kacang dan berbagai jenis sayuran menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Jogja. Anda bisa menemukan warung makan yang menjajakan makanan ini di berbagai sudut Jogja. Rasanya hampir mirip dengan saudara sepupunya gado-gado, namun agak sedikit manis.
            Setelah tinggal di Jogja selera makan saya pun mulai menyesuaikan dengan jenis makanan setempat. Meski tak terlalu menyukai rasa manis, namun pada kenyataannya beberapa jenis makanan khas Jogja pun semakin terasa nikmat untuk saya santap saat ini. Salah satunya adalah lotek.
            Tak terhitung berbagai warung makan lotek yang telah saya coba. Namun beberapa bulan belakangan ini saya tertarik untuk mencoba untuk membeli seporsi lotek di salah sah satu warung lotek yang berada si kawasan Babarsari. Tampilan warung ini sebenarnya jauh dari mewah. Dengan berbekal sebuah meja sederhana Si Ibu meletakkan berbagai peralatan ‘berperang’nya, seperti cobek, rak kaca kecil untuk meletakkan sayuran, dan beberapa buah kursi plastik untuk pelanggannya.
            Meski tampilan warung ini sangat sederhana, namun tak demikian dengan rasanya. Lotek Mandiri yang ada di kawasan Babarsari ini rasanya berbeda dengan lotek kebanyakan yang cenderung sangat manis. Rasa pada lotek ini tak terlalu dominan dan berimbang dengan rasa asin dan pedasnya, sehingga tak membuat kita menjadi eneg saat menyantapnya.


Kemurahan Hati

            Selain rasa loteknya yang nikmat ada banyak hal yang menarik dari Ibu pedangang lotek ini. Siang itu, saat saya menyinggahi warung lotek tersebut, tampak beberapa orang siswa berseragam abu-abu yang menyantap makanan di sana. Wajar saja jika mereka ada di sana, lokasi warung itu terletek tak jauh dari sebuah SMU Negeri yang berada di kawasan Babarsari. Waktunya pun bertepatan dengan jam istirahat anak sekolah.
            Tak berapa lama, dua orang siswi SMU itu mendekati Si Ibu Penjual Lotek. Mereka pun menyebutkan jumlah lotek dan minuman yang mereka pesan sebelumnya. Kemudian Ibu itu pun menyebutkan jumlah yang harus mereka bayarkan. Para siswa SMU itu pun mulai menghitung uang mereka untuk membayar. Salah satu dari mereka bahkan merogoh kantong berkali-kali, seperti mencari uang untuk menggenapi jumlah yang di sebutkan sang Ibu.
            Kebingungan anak-anak SMU tersebut pun ditangkap oleh Si Ibu Pedangang Lotek. Ia segera mengambil uang dari anak-ak tersebut sambil berkata, “Sudah segini aja, nggak papa.” Para siswa itu pun tersenyum gembira. “Terima kasih, Bu” kata mereka sambil meninggalkan tempat itu.
            Sepeninggal para siswa SMU, Si Ibu kembali melanjutkan pekerjaannya meracik lotek. Sambil menggerus bumbu kacang Si Ibu pun berkata, “Itu tadi anak-anak SMA situ, Mbak. Tadi uangnya kurang makanya ta’ genapkan aja. Ibu itu sering ketemu yang kayak gitu, Mbak. Pernah ada anak yang tanya, harga loteknya berapa Bu? Ya Ibu jawab saja, duitmu adanya berapa. Ibu nggak tega kalau ada anak yang lapar tapi uangnya kurang, ya ta’ kasih saja. Ibu kan juga punya anak juga, kalau anakku kayak gitu lah piye…”
            Saya terkejut dengan penuturan sang Ibu. Sejujurnya saya kagum dengan sikap Ibu Penjual Lotek tersebut. Bagi sebagian orang, Si Ibu mungkin bukan termasuk orang terpandang dan kaya. Tutur katanya pun seperti orang yang berpendidikan. Meski demikian, ia mampu untuk berbagi kasih dengan orang sekitarnya. Meski pun hanya dengan beberapa rupiah dari nilai lotek yang dijualnya.
            Seharusnya kita yang memiliki banyak kelebihan, baik harta, ilmu pengetahuan maupun pengalaman dapat berlajar dari Si Ibu Penjual Lotek tersebut. Ia yang memiliki sedikit bahkan rela memberi bagi sesamanya. Lalu kita, apakah yang sudah kita berikan bagi kehidupan ini…? (SF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar