Kado Natal Terbaik David
Oleh: Susana Febryanty
Pagi itu, David tampak begitu riang.
Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, David memberikan senyum terbaiknya.
“Tumben, kamu bangun sepagi ini,
dengan ceria pula. Apa nggak salah ini, Vid?” Senyum
David pun semakin melebar melihat sikap penasaran Kak Lia barusan. Setelah
menelan habis sebuah roti, ia pun menjawab, “Kakak lupa ya, ini kan udah bulan
Desember. Itu artinya sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Biasanya setiap Natal
kita mendapatkan banyak hadiah.” David
pun melirik kedua orang tuanya. Seolah hendak meminta kepastian dari mereka.
“Papi dan Mami sudah putuskan akan
memberikan kalian hadiah Natal, asalkan kalian bisa menunjukkan sikap yang baik
dan tidak melanggar peraturan yang kami
buat. Bagaimana?”
“Siap, Pi,” jawab David cepat.
Rasanya dirinya tak sabar untuk memperoleh hadiah berupa games terbaru yang sudah lama diidam-idamkannya.
***
Di sekolah, kebahagian David semakin bertambah. Ia dan beberapa orang teman
ditunjuk sebagai perwakilan sekolahnya untuk mengikuti lomba cerdas tangkas
bahasa Inggris tingkat provinsi. David semakin bersemangat ikut lomba ini
karena Aldo menjadi salah satu anggota dalam grupnya.
David
dan Aldo memang telah berteman cukup akrab. Mereka bahkan duduk sebangku selama
ini. Padahal kebanyakan temannya enggan bermain dengan David.
Pada jam istirahat, David dan
beberapa temannya mengadakan untuk persiapan lomba cerdas tangkas. Saat hendak
mengambil buku soal yang dibagi Pak Guru ternyata David kurang berhati-hati. Sehingga
tanpa sengaja ia menyenggol kaca mata Aldo yang tengah ditaruhnya di atas meja.
Prang!
Kaca mata pun jatuh ke lantai. Meski tak pecah, namun kaca mata tersebut tampak
retak. Jantung David berdetak kencang, ia merasa sangat bersalah atas kecerobohannya
itu.
“Maafkan aku, Aldo.” Tangan David terlihat gemetar saat
menyerahkan kacamata yang retak itu pada Aldo.”
Aldo berusaha untuk tersenyum, “Iya,
nggak apa-apa. Toh, kamu memang tidak
sengaja melakukannya.”
***
Siang harinya, saat akan pulang sekolah,
David mencari Aldo. Ia berniat membicarakan hal penggantian kaca mata Aldo.
Namun rupanya Aldo telah keluar dari kelas sedari tadi. David pun mencarinya di
sekeliling sekolah. Ia mendapati Aldo di kantin sekolah. Tampak Aldo sedang menghitung
jumlah uang dan sisa kue di dalam kotak. Tak lama kemudian Aldo segera pergi
meninggalkan kantin.
David berusaha mengikuti Aldo, ia
bahkan meminta Pak Supri, supir keluarga David untuk mengikuti Aldo secara
perlahan. Sampailah Aldo di sebuah perkampungan padat penduduk. Rupanya Aldo
masih harus singgah di sebuah warung. Di situ, kembali ia mengambil kotak kue
kosong dan uang hasil dagangan kue tersebut. Setelah urusannya selesai, Aldo
bergegas pulang ke rumah.
David turun dari mobil dan kembali
membuntuti Aldo. Hingga Aldo masuk di
sebuah rumah kecil. Awalnya David berniat untuk bertamu, namun saat akan
mengetuk pintu terdengar pembicaraan serius dari dalam rumah.
“Kaca matamu kenapa, Do? Kok, jadi retak seperti itu.”
“Tadi nggak sengaja jatuh waktu
bermain Kak,” jawab Aldo berbohong. Ia tak mau David disalahkan atas kejadian
yang menimpanya itu.
Terdengan pula suara seorang Ibu
berkata, “Lalu bagaimana kamu belajarnya? Ibu belum bisa mengganti kaca matamu
dalam waktu dekat. Karena Ayah lebih membutuhkan uang untuk biaya berobatnya.
Maaf ya, Nak.”
“Nggak apa-apa, Bu. Yang penting
Ayah sehat dulu. Kita bisa ganti kaca mata Aldo nanti setelah Ayah sembuh, Bu.”
Rasa bersalah David pada Aldo kian
menumpuk. David segera meninggalkan rumah Aldo. Di sisi lain, ia juga kagum
pada sahabatnya, Aldo yang sangat baik dan mandiri. Tak seperti dirinya yang
sangat manja dan mau menang sendiri. David juga kerap menyusahkan orang-orang
di sekeliling karena sikap egoisnya. David berjanji akan menebus kesalahannya.
Sesampainya di rumah, David segera
memecahkan celengan kesayangnnya. Ia lalu menghitung uang-uang tersebut.
Sayangnya, uang tersebut belum mencukupi untuk membeli sebuah kaca mata.
Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya.
***
Malam harinya.
“Pi, apa David boleh mengajukan
permintaan untuk hadiah Natal sekarang?” tanya David memecah kebisuan saat
makan malam.
“Apa isi permintaanmu itu, Nak?”
“Bagaimana kalau hadiah Natal David
dianti dengan bingkisan Natal buat Aldo dan keluarganya? Sebenarnya, tadi pagi
David nggak sengaja memecahkan kacamata Aldo. Padahal kaca mata itu sangat
penting bagi Aldo. David juga baru tahu kalau keluarga Aldo itu hidupnya
kekurangan. Jadi Papi tolong tambahkan penggantian kaca mata Aldo plus biaya
bingkisan Natal buat keluarganya. Soalnya uang celengen David masih belum cukup,
Pi.”
“Baik, Papi setuju. Tapi ingat,
persyaratan yang Mami dan Papi ajukan tetap berlaku.”
David berusaha menjadi anak yang
baik bagi keluarganya. Ia sangat ingin mendapatkan kado Natalnya kali ini.
Melihat usahanya yang demikian keras, Papi dan Mami pun memenuhi keinginan
David. Ia berhasil membeli kaca mata baru untuk Aldo.
Sesudah ibadah perayaan Natal, David
bersama keluarganya pergi ke rumah Aldo. Keluarga Aldo menyambut tamunya dengan
sangat hangat. David pun memberikan sebuah kado kecil pada Aldo.
“Apa ini, Vid?”
“Itu kaca mata baru untuk mengganti
kaca matamu yang sudah retak. Aku minta maaf ya baru bisa menggantinya
sekarang.”
“Terima kasih ya.” Mata Aldo tampak
berkaca-kaca. Ia pun memeluk sahabatnya dengan perasaan bahagia.
Papi dan Mami juga menyerahkan
sejumlah bingkisan pada ayah dan ibu Aldo. Keluarga Aldo menerimanya dengan
senang hati dan berterima kasih atas kebaikan David sekeluarga. David turut
gembira melihat kebahagian keluarga Aldo tersebut. Sepertinya Natal kali ini
menjadi momen yang terindah dan takkan terlupakan bagi David.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar