Jumat, 17 Januari 2014

Kado Natal Terbaik David (Cerpen Anak)



Kado Natal Terbaik David
Oleh: Susana Febryanty
            Pagi itu, David tampak begitu riang. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, David memberikan senyum terbaiknya.
            “Tumben, kamu bangun sepagi ini, dengan ceria pula. Apa nggak salah ini, Vid?”   Senyum David pun semakin melebar melihat sikap penasaran Kak Lia barusan. Setelah menelan habis sebuah roti, ia pun menjawab, “Kakak lupa ya, ini kan udah bulan Desember. Itu artinya sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Biasanya setiap Natal kita mendapatkan banyak hadiah.”  David pun melirik kedua orang tuanya. Seolah hendak meminta kepastian dari mereka.
            “Papi dan Mami sudah putuskan akan memberikan kalian hadiah Natal, asalkan kalian bisa menunjukkan sikap yang baik dan tidak melanggar peraturan yang  kami buat. Bagaimana?”
            “Siap, Pi,” jawab David cepat. Rasanya dirinya tak sabar untuk memperoleh hadiah berupa games terbaru yang sudah lama diidam-idamkannya.
***
             Di sekolah, kebahagian David  semakin bertambah. Ia dan beberapa orang teman ditunjuk sebagai perwakilan sekolahnya untuk mengikuti lomba cerdas tangkas bahasa Inggris tingkat provinsi. David semakin bersemangat ikut lomba ini karena Aldo menjadi salah satu anggota  dalam grupnya.
David dan Aldo memang telah berteman cukup akrab. Mereka bahkan duduk sebangku selama ini. Padahal kebanyakan temannya enggan bermain dengan David.
            Pada jam istirahat, David dan beberapa temannya mengadakan untuk persiapan lomba cerdas tangkas. Saat hendak mengambil buku soal yang dibagi Pak Guru ternyata David kurang berhati-hati. Sehingga tanpa sengaja ia menyenggol kaca mata Aldo yang tengah ditaruhnya di atas meja.
            Prang! Kaca mata pun jatuh ke lantai. Meski tak pecah, namun kaca mata tersebut tampak retak. Jantung David berdetak kencang, ia merasa sangat bersalah atas kecerobohannya itu.
            “Maafkan aku, Aldo.”  Tangan David terlihat gemetar saat menyerahkan kacamata yang retak itu pada Aldo.”
            Aldo berusaha untuk tersenyum, “Iya, nggak apa-apa. Toh, kamu memang tidak sengaja melakukannya.”
***
            Siang harinya, saat akan pulang sekolah, David mencari Aldo. Ia berniat membicarakan hal penggantian kaca mata Aldo. Namun rupanya Aldo telah keluar dari kelas sedari tadi. David pun mencarinya di sekeliling sekolah. Ia mendapati Aldo di kantin sekolah. Tampak Aldo sedang menghitung jumlah uang dan sisa kue di dalam kotak. Tak lama kemudian Aldo segera pergi meninggalkan kantin.
            David berusaha mengikuti Aldo, ia bahkan meminta Pak Supri, supir keluarga David untuk mengikuti Aldo secara perlahan. Sampailah Aldo di sebuah perkampungan padat penduduk. Rupanya Aldo masih harus singgah di sebuah warung. Di situ, kembali ia mengambil kotak kue kosong dan uang hasil dagangan kue tersebut. Setelah urusannya selesai, Aldo bergegas pulang ke rumah.
            David turun dari mobil dan kembali membuntuti Aldo.  Hingga Aldo masuk di sebuah rumah kecil. Awalnya David berniat untuk bertamu, namun saat akan mengetuk pintu terdengar pembicaraan serius dari dalam rumah.
            “Kaca matamu kenapa, Do? Kok, jadi retak seperti itu.”
            “Tadi nggak sengaja jatuh waktu bermain Kak,” jawab Aldo berbohong. Ia tak mau David disalahkan atas kejadian yang menimpanya itu.
            Terdengan pula suara seorang Ibu berkata, “Lalu bagaimana kamu belajarnya? Ibu belum bisa mengganti kaca matamu dalam waktu dekat. Karena Ayah lebih membutuhkan uang untuk biaya berobatnya. Maaf ya, Nak.”
            “Nggak apa-apa, Bu. Yang penting Ayah sehat dulu. Kita bisa ganti kaca mata Aldo nanti setelah Ayah sembuh, Bu.”
            Rasa bersalah David pada Aldo kian menumpuk. David segera meninggalkan rumah Aldo. Di sisi lain, ia juga kagum pada sahabatnya, Aldo yang sangat baik dan mandiri. Tak seperti dirinya yang sangat manja dan mau menang sendiri. David juga kerap menyusahkan orang-orang di sekeliling karena sikap egoisnya. David berjanji akan menebus kesalahannya.
            Sesampainya di rumah, David segera memecahkan celengan kesayangnnya. Ia lalu menghitung uang-uang tersebut. Sayangnya, uang tersebut belum mencukupi untuk membeli sebuah kaca mata. Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya.
***
            Malam harinya.
            “Pi, apa David boleh mengajukan permintaan untuk hadiah Natal sekarang?” tanya David memecah kebisuan saat makan malam.
            “Apa isi permintaanmu itu, Nak?”
            “Bagaimana kalau hadiah Natal David dianti dengan bingkisan Natal buat Aldo dan keluarganya? Sebenarnya, tadi pagi David nggak sengaja memecahkan kacamata Aldo. Padahal kaca mata itu sangat penting bagi Aldo. David juga baru tahu kalau keluarga Aldo itu hidupnya kekurangan. Jadi Papi tolong tambahkan penggantian kaca mata Aldo plus biaya bingkisan Natal buat keluarganya. Soalnya uang celengen David masih belum cukup, Pi.”
            “Baik, Papi setuju. Tapi ingat, persyaratan yang Mami dan Papi ajukan tetap berlaku.”
            David berusaha menjadi anak yang baik bagi keluarganya. Ia sangat ingin mendapatkan kado Natalnya kali ini. Melihat usahanya yang demikian keras, Papi dan Mami pun memenuhi keinginan David. Ia berhasil membeli kaca mata baru untuk Aldo.
            Sesudah ibadah perayaan Natal, David bersama keluarganya pergi ke rumah Aldo. Keluarga Aldo menyambut tamunya dengan sangat hangat. David pun memberikan sebuah kado kecil pada Aldo.
            “Apa ini, Vid?”
            “Itu kaca mata baru untuk mengganti kaca matamu yang sudah retak. Aku minta maaf ya baru bisa menggantinya sekarang.”
            “Terima kasih ya.” Mata Aldo tampak berkaca-kaca. Ia pun memeluk sahabatnya dengan perasaan bahagia.
            Papi dan Mami juga menyerahkan sejumlah bingkisan pada ayah dan ibu Aldo. Keluarga Aldo menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih atas kebaikan David sekeluarga. David turut gembira melihat kebahagian keluarga Aldo tersebut. Sepertinya Natal kali ini menjadi momen yang terindah dan takkan terlupakan bagi David.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar